A.
Pendekatan
Pengelolaan kelas
Pengelolaan
kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai
faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak
lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun
secara individual.
Keharmonisan
hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul
dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah
2006:179). Dari berbagai sumber yang ada terdapat berbagai pendekatan
pengelolaan kelas untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kelas.
Diantaranya adalah :
1.
Pendekatan
otoriter
2.
Pendekatan
permisif
3.
Pendekatan
pengubahan tingkah laku
4.
Pendekatan
sisio emosional
5.
Pendekatan
proses kelompok
6.
Pendekatan
elektis atau pruralistik
1.
Pendekatan
otoriter
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah
menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan
adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya
ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui
kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
Tujuan guru
yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didik.Tugas ini sering
dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman.
Pendekatan otoriter menawarkan yang dapatditerapkan dalam mengelola kelas,
yaitu:
a.
Menetapkan dan
menegakan peraturan,
b.
Memberikan
perintah, pengarahan, dan pesan,
c.
Menggunakan
teguran,
d.
Menggunakan
pengendaliandengan gerak mendekati,
e.
Menggunakan
pemisahandan pengucilan
Ø Kelemahan pendekatan otoriter :
Pendekatan
otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersifat mengintimidasi Guru
yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan, merendahkan
peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak untuk
kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas.Pendekatan ini
kurang mantap dalam pelaksanaan baik perintah maupun larangan dapat diterapkan
atas dasar generalisasi masalah - masalah pengelolaan kelas tertentu.
Ø Kelebihan :
Pendekatan
otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam memanajemeni kelas
yaitu (1) menetapkan dan menegakkan peraturan, (2) memberikan perintah,
pengarahan, dan pesan, (3) menggunakan teguran, (4) menggunakan pengendalian
dengan mendektai, dan (5) menggunakan pemisahan dan pengucilan.
2.
Pendekatan
permitif
Pendekatan
permitif merupakan pendekatan yang yang seperangkat kegiatan pembelajar yang
memaksimalkan kebebasan pebelajar untuk melakukan sesuatu sehingga bila
kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pebelajar. Peranan guru
adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab hal itu akan membantu
pertumbuhannya secara wajar.
Ø Kelemahan pendekatan permitif
pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah
dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial.Selain itu
pendekatan permisif dalam bentuknyayang murni tidak produktif diterapkan dalam
situasi atau lingkungan sekolah dan kelas.
3.
Pendekatan
Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas
diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan
guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah
tingkah laku yang kurang baik.Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan
timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya
sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku
siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan
tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian
atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam
melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan
perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
4.
Pendekatan
Sosio-Emosional
Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan
kelas yang efektif , merupakan fungsi dari hubungan yang baik antara guru dan
pebelajar, pebelajar dengan pebelajar. Hubungan diharapkan merupakan jalinan
kearah hubungan antar pribadi yang dipengarui oleh :
a.
Sikap keter
bukaan dan tidak berpura-pura.
b.
Penerimaan dan
kepercayaan pebelajar kepada pembelajar
dan sebaliknya.
c.
Rasa simpati
pembelajar terhadap pembelajarannya.
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai
secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam
kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan
antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan
tersebut.
Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan
iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas.
Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan
sikap ngayomi atau sikap melindungi. Dan setiap pebelajar perlu dilayani dengan
pebuh penghargaan sehingga mereka mampu mengypayakan kesuksesan dan sedapat
mungkin menjahukann kemungkinan menimbulkan kegagalan yang efeknya bisa
membunuh motivasi, kecemasan, tanpa harapan dan menyingkirkann perangsang
timbulnaya tingkah laku yang menyimpnag
5.
Pendekatan
Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah
mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses
kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru
harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
Penggunaan proses pendekatan ini menekankan
pentingya ciri-ciri kelompok yang sehat ynag terdapat dalam kelas yang didukung
adanya saling berhubungan antar pembelajar dalam kelompok kelas
tersebut.pendekatan inilah yang identik dengan pendekatan kolaboratif yang
tjuannya berorientasi pada kelompok bukan untuk pribadi.
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan
kelas, pemakaian pendekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa
perilaku yang menyimpang pada dasarnya bukan peristiwa yang menimpa perorangan
tetapi menyangkut banyakoarang dalam kelompok berupa peristiwa sosial yang
ditanggung oleh sekelompok orang. Tujuan utama pendekatan proses kelompok ini
ialah membantu kelompok bertanggung jawab atas perbuatan anggota-anggota dalam
kelompok sendiri.
6.
Pendekatan
elektis atau pluralistik
Pendekatan
elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn
inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut
berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu
situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus
mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan
elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang
berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk
dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara
bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya
untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses
belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien
B.
Perwujudan Pengelolaan Kelas
Sekolah sebagi organisasi kerja yang terdiri dari
beberapa kelas yang bersifat pararel maupun yang menunjukkan penjenjangan.
Setiap kelas merupakan unit kerja yang berdiri sendiri dan berkudukan sebagia
sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem.
Pengembangan sekolah sebagi total sistem sangat tergantung pada penyelenggaraan
dan pengelolaan kelas. Baik dilingkungan kelas masing masing sebagia unit keja
yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dan
yang lainnya.
Sebuah program kelas itu akan berkembang bila mana
pembelajar mendayagunakan secara otimal potensi kelas yang terdiri dari tiga
unsur yakni pembelajar, pebelajar dan proses atau dinamika kelas.
Beberapa komponen yang mempengarui perwujudan
pengelolaan kelas yakni kurikulum,
bangunan dan sarana, pembelajar, pebelajar, dan dinamika kelas. komponen
komponen tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling bertautan atau
saling mempengaruhi, walaupun untuk kepentingan uraian secara teoritis akan
diketengahkan satu persatu di bawah ini.
1.
Kurikulum
Sebuah kelas
tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa berkumpul untuk mempelajari
sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah
gedung tempat murid mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak,
yang tidak hanya harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi
dalam seluruh aspek kepribadiannya.
Untuk itu bagi
setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya. Kurikulum
yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas kelas
dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan
pribadi siswa.
Dengan kata
lain aktivitas sebuah kelas sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang dipergunakan
di sekolah. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat apabila
kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai dengan dinamika
masyarakat. Sekolah yang kurikulumnya dirancangkan secara tradisional akan
mengakibatkan aktivitas kelas berlangsung secara statis
2.
Bangunan dan sarana
Perencanaan
dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan
luas setiap ruangan, letak dan dekorasi nya yang harus disesuaikan dengan
kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah
sedangkan ruang/gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam
mengatur pendayagunaan ruang/gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum yang
dipergunakan.
3.
Pembelajar
Program kelas
tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan
guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara
murid-murid suatu kelas. Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam
membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing.
Guru dalam
pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan kels untuk
menyampaikan materi pengetahuan
tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan
berjiwa bebas serta kratif dalam mengarahkan perkembangan akan didik nya. Untuk
menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.
4.
Pebelajar
Murid merupakan
potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam mewujudkan proses belajar
mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang
baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikannya
melalui lembaga pendidikan formal, khusus nya berupa sekolah.
Murid sebagai
unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi
terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid harus memiliki perasaan
diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan
kelas.
5.
Dinamika kelas
Kelas adalah
kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap wali/guru
kelas untuk kepentingan murid dalam kependidikannya. Dinamika kelas pada
dasarnya berarti kondisi kelas. Yang meliputi dorongan untuk aktif secara
terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan inisiatif murid sebagai suatu
kelompok.
Dinamika kelas
dipengaruhi oleh cara wali/guru kelas menerapkan administrasi pendidikan dan
kepemimpinan pendidikan serta dalam mempergunakan pendekatan pengelolaan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Imam.
2013. Pengelolaan Kelas. Yogyakarta: Insyira
Http://Www. Sekolahdasar. Net/2009/02/. Pendekatan-Dalam-Pengelolaan-Kelas.
Html. Diakses Pada Tanggal 25 April 2014. Pukul 18:30 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar